SEJARAH BADAR AL KUBRO

>> Monday, August 24, 2009

PERANG BADAR KUBRO
LATAR BELAKANG PEPERANGAN.

Perang Badar Kubro diawali dengan peristiwa Dzul Usyairah. Peristiwa Dzul Usyairah adalah salah satu usaha Rasulullah memantau dan memblokade jalur perdagangan kaum Quraisy Makkah ke Syam sebagai bentuk balasan terhadap tindakan intimidasi kaum Quraisy terhadap kaum muslimin di Madinah. Peristiwa Dzul Usyairah terjadi pada Jumadil Ula sampai Jumadil Akhirah 2 H yang dipimpin Rasulullah bersama 150/200 muhajirin yang memiliki misi menghadang kafilah dagang Quraisy yang hendak pergi ke Syam, namun tatkala pasukan islam sampai di Dzul Usyairah, rombongan Quraisy telah melewati wilayah itu beberapa hari sebelumnya. Namun kafilah inilah yang kemudian dicari-cari beliau sekembalinya kafilah dagang ini dari Syam, dan kemudian menjadi penyebab meletusnya perang Badar Kubro. Bendera perang pasukan islam berwarna putih yang dibawa oleh Hamzah bin Abdul Mutholib.

Maka setelah rombongan Quraisy bisa lepas dari hadangan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanannya dari Makkah ke Syam, maka beliau menanti saat kepulangan mereka dari Syam ke Makkah. Untuk ini Rasulullah mengutus Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’id bin Zaid ke utara untuk menyelidiki, mereka tiba di Al Haura’ dan berada di sana untuk beberapa lama. Maka ketika kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan sudah lewat, keduanya segera kembali ke Madinah dan mengabarkan berita ini kepada Rasulullah. Kafilah dagang Quraisy ini membawa 1000 onta yang mengangkut harta benda yang tidak kurang dari 5000 dinar emas dan dikawal kurang dari 40 orang.

PERSIAPAN PASUKAN ISLAM.

Setelah mendapat kabar tersebut Rasulullah mengadakan persiapan untuk menghadang kafilah dagang quraisy, beliau menyiapkan 313 sampai 317 shahabat yang terdiri dari 82 hingga 86 dari muhajirin, 61 dari Aus dan 170 dari Khazraj dengan membawa hanya 2 ekor kuda dan 70 ekor onta. 1 ekor onta dinaiki 2 atau 3 orang, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam naik seekor onta bersama Ali bin Abi Thalib dan Martsad bin Abu Martsab Al Ghonawy. Beliau mengangkat Ibnu Ummi Maktum sebagai wakilnya di Madinah tapi kemudian diganti olah Abu Lubabah.

Bendera komando tertinggi yang berwarna putih diserahkan kepada Mus’ab bin Umair Al Qursi Al Abdary. Pasukan muslimin dibagi menjadi 2 batalion :

1.Bataliyon muhajirin, benderanya diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib.

2.Bataliyon anshar, benderanya diserahkan kepada Sa’ad bin Mu’adz.

Komando front kanan diserahkan kepada Az-Zubair bin Al Awam dan front kiri diserahkan kepada Al Miqdad, pertahanan garis belakang diserahkan kepada Qais bin Sha’sha’ah, komando tertinggi berada di tangan Rasulullah.

Pasukan Islam melawati jalur utama menuju Makkah hingga tiba di sumur Ar-Rauha, kemudian mengambil arah ke kanan menuju Badar sampai akhirnya tiba di Shafra’. Dari sini beliau mengirim Basbas bin Amr dan Adi bin Abu Az-Za’ba’ Al Juhanni ke Badar untuk mencari berita tentang kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan.

PERSIAPAN PASUKAN QURAISY.

Setelah Abu Sufyan mengetahui bahwa Rasulullah dan para shahabat ingin menghadang kafilah dagangnya, maka dia mengirim utusan ke Makkah untuk meminta bantuan pertolongan. Kemudian kaum kafir Quraisy menyiapakan 1300 orang, 100 kuda, 600 baju besi dan onta yang cukup banyak jumlahnya, komando teringgi dipegang Abu Jahal bin Hisyam. Kemudian mereka bersiap menghadang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan shahabat ke Badar dengan penuh angkuh, hal ini digambarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya,

“… orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”. (Al-Anfal: 47)

KAFILAH DAGANG ABU SUFYAN BERHASIL BALIK KE MAKKAH.

Setelah Abu Sufyan mengetahui bahwa Rasulullah telah menanti di Badar, maka Abu Sufyan mengalihkan arah perjalanannya menuju ke barat melewati jalur alternatif ke Makkah untuk menghindari hadangan Rasulullah. Akhirnya merekapun bisa sampai ke Makkah dengan selamat, lalu mengirim surat ke pasukan Makkah yang sudah tiba di Al Juhfah. Beberapa pasukan Makkah pun menjadi bimbang untuk meneruskan perjalanan memerangi Rasulullah dikarenakan kafilah dagang Abu Sufyan telah selamat sampai di Makkah, dan akhirnya merekapun kembali ke Makkah. Mereka adalah Al Akhnas bin Syariq dan semua rombongan dari Bani Zuhrah. Maka pasukan Makkahpun berkurang menjadi 1000 orang, mereka terus berjalan mendekati Badar dan bersembunyi di balik bukit pasir di pinggiran Wadi Badar.

Sementara itu kabar tentang lolosnya kafilah dagang Abu Sufyan terdengar juga oleh Rasulullah melalui mata-mata yang dikirim beliau, dan ini membuat beberapa shahabat kecewa dan menjadi kecil hati, dikarenakan buruan mereka lepas. Kondisi genting ini ditambah dengan kabar bahwa 1000 pasukan kafir Quraisy dengan persenjataan lengkap sedang menuju Badar. Maka Rasulullah menyelenggarakan majelis tinggi permusyawaratan militer untuk mempersiapkan langkah-langkah selanjutnya dan juga memompa semangat sebagian shahabat yang mulai turun dan takut terjun dalam pertempuran. Dalam majelis ini Abu Bakar dan Umar bin Khathab sama sekali tidak kendor semangatnya bahkan memperteguh dukungannya kepada Rasulullah. Al miqdad bin Amr bahkan berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah majulah terus seperti yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala kepadamu. Dami Allah, kami tidak akan berkata kepada engkau sebagaimana perkataan Bani Israil kepada Musa, ‘Pergilah engkau sendiri bersama Rab-mu lalu berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami ingin duduk menanti di sini saja’. Tapi pergilah engkau bersama Rab-mu lalu berperanglah kalian berdua, dan kami akan berperang bersama kalian berdua. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, kalaupun engkau pergi membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kamipun siap bertempur bersama engkau hingga engkau bisa mencapai tampat itu“. Itulah keputusan 3 komandan dari muhajirin yang menunjukkan loyalitas terhadap Rasulullah dan memompa kembali semangat tempur para shahabat muhajirin.

Setelah mendapat dukungan komandan muhajirin, Rasulullah pun meminta wakil dari shahabat anshar untuk menyampaikan pendapatnya. Maka komandan anshar sekaligus pembawa bendera yaitu Sa’ad bin Mu’adz berkata, “Kami sudah beriman kepada engkau. Kami sudah membenarkan engkau. Kami sudah bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran. Kami sudah memberikan sumpah dan janji kami untuk patuh dan taat. Maka majulah terus wahai rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang engkau kehendaki. Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, andai kata engkau bersama kami terhalang lautan lalu engkau terjun ke dalam lautan itu, kamipun akan terjun bersama engkau. Dan tak seorangpun diantara kami yang akan mundur. Kami suka jika besok engkau berhadapan dengan musuh bersama kami. Sesungguhnya kami dikenal orang-orang yang sabar dalam peperangan dan jujur dalam pertempuran. Semoga allah memperlihatkan kepadamu sesuatu yang engkau senangi dari diri kami. Maka majulah bersama kami dengan barakah Allah subhanahu wa ta’ala.”

Seketika itu Rasulullah merasa gembira dan berbesar hati, dan semangatnya beserta seluruh pasukan islam mengebu-gebu. Rasulullah pun bersabda, “Majulah kalian dan terimalah kabar gembira, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan salah satu dari dua pihak kepadaku. Demi Allah, seakan-akan saat ini aku bisa melihat tempat kematian mereka“. Setelah itu Rasulullah meninggalkan Dzafiran untuk melanjutkan perjalanan. Beliau melewati jalan bukit Al-Ashafir, kemudian cepa-cepat menuju Ad-Dabbah dan meninggalkan Al-Hanan di sebalah kanannya dan akhirnya tiba di dekat Badar.

USAHA MENCARI DATA AKURAT TENTANG KEKUATAN PASUKAN MAKKAH.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Ash-Shidiq menyamar untuk mencari tahu posisi pasukan Makkah. Beliau berdua pun berhasil mengetahui tempat peristirahatan pasukan Makkah dengan bertanya pada orang arab tua. Dalam penyamarannya ini beliau berdua ditanya asalnya, maka Rasulullah menjawab, “Kami berasal dari setetes air“. Dan jawaban ini membuat orang arab itu kebingungan memahami maksud jawaban Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.

Menindak lanjuti data yang didapatkan, maka pada sore harinya beliau mengirim Ali bin Abu Thalib, Az-Zubair bin Al-Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqash, dengan beberapa orang lagi untuk melengkapi data tentang musuh. Kemudian mereka bertemu dengan dua pasukan Makkah yang sedang mengambil air di mata air Badar, dan kedua orang itupun ditangkap dan diserahkan kepada Rasulullah. Kedua orang Makkah itu sempat mengelak ketika ditanya apakah mereka termasuk dari pasukan Makkah, namun akhirnya mereka mengaku setelah mendapat pukulan yang bertubi-tubi dari beberapa shahabat, mereka berkata, “Kami memang pesuruh Abu Sofyan“. Setelah itu terjadi dialog menarik antara mereka dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau bertanya, “Kabarkanlah kepadaku tentang posisi pasukan Quraisy!”

“Mereka berada di balik bukit pasir yang bisa engkau lihat jika memandang ke arah Al-Udwatul-Qushwa.” Jawab mereka berdua.

“Berapa jumlah mereka?” Tanya beliau.

“Banyak sekali.”

“Tepatnya berapa?”

“Kami tidak tahu persis.”

“Berapa ekor binatang yang mereka sembelih setiap harinya?”

“Sehari sembilan ekor dan besokny lagi sepuluh ekor.”

“Berarti jumlah mereka sembilan ratus hingga seribu orang.”

Setelah mengorek keterangan ini, maka Rasulullah segera membawa pasukannya ke mata air Badar agar bisa menghalangi pasukan Makkah untuk menguasai mata air ini. Kemudian Rasulullah sampai di samping mata air pada petang hari, dan berhenti di dekat mata air. Setelah sebelumnya berencana mengambil tempat yang agak jauh dari mata air, rencana ini membuat Al-Hubab bin Al-Mundzir usul agar di pindah ke tempat yang lebih dekat dengan mata air kalau keputusan Rasulullah tersebut bukan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu separoh malam digunakan untuk membuat sebuah kolam untuk keperluan mereka dan menimbun kolam-kolam yang lain agar tidak bisa dimanfaatkan oleh pasukan Makkah.

Setelah itu para shohabat membuat tempat khusus bagi Rasulullah untuk memberikan komando sekaligus sebagai tempat antisipasi adanya serangan yang mendadak serta kemungkinan jika mereka terdesak dan sebelum memastikan kemenangan, dan tempat ini dijaga oleh beberapa pemuda anshar sekaligus untuk melindungi Rasulullah. Ini adalah usulan dari Sa’ad bin Muadz yang diterima oleh Rasulullah.

PERSIAPAN AKHIR PASUKAN MADINAH DAN PASUKAN MAKKAH.

Pada malam itu Rasulullah berkeliling dan mempelajari medan di sekitar arena yang akan dijadikan sebagai ajang pertempuran esok hari. Pada malam itu beliau lebih banyak mendirikan shalat di dekat pohon. Sedangkan pasukan Madinah tidur di bawah naungan langit dengan optimisme esok hari mendapat kemenangan.

Sementara itu pasukan Makkah menghabiskan malam itu di Al-Udwatul-Qushwa, baru pada pagi harinya tiba di lembah Badar. Mereka tdak berani mendekat ke mata air karena telah dikuasai oleh pasukan islam, kecuali Hakim bin Hizam yang akhirnya masuk Islam sebelum perang terjadi –Hakim akhirnya menjadi shahabat yang selalu di sisi Rasulullah dalam setiap peperangan–. Setelah itu pasukan Makkah mengutus Umair bin Wahb Al-Juhamy untuk menyelidiki dan menaksir jumlah pasukan Madinah, dan Umair memastikan jumlahnya sekitar 300 pasukan.

Pada saat itu ada aksi penentangan terhadap Abu Jahl yang ngotot untuk berperang. Mereka yang menentang adalah Utbah bin Rab’iah yang mendapat masukan juga dari Hakim bin Hizam yang kembali dengan bersama beberapa orang. Tapi tekat Abu Jahal untuk berperang sudah bulat. Namun pendapat Utbah ternyata membuat beberapa orang menjadi ragu-ragu untuk berperang, padahal pada saat yang sama pasukan Madinah telah siap tempur dengan tanpa ada keraguan sedikitpun.

Setelah rasulullah merasa semua telah siap maka rasulullah melakukan gladi bersih, beliau membariskan seluruh pasukan muslim kemudian meluruskan dan menataa barisan. Lalu baliau menyampaikan beberapa petunjuk khusus tentang peperangan, “jika kalian merasa jumlah musuh terlalu besar, maka lepaskanlah anak panah kepada mereka. Dahuluilah merekah dalam melepaskan anak panah. Kalian tak perlu buru-buru menghunus pedang kecuali setelah mereka dekat dengan kalian.” Setelah itu beliau kembali ke tenda bersama abu bakar. Sementara sa’ad bin mu’adz bertanggung jawab memimpin satuan pasukan yang bertugas melindungi beliau.

Di waktu yang sama Abu Jahal juga melakukan gladi bersih terhadap pasukannya. Dan pada kesempatan ini Abu Jahal juga memanjatkan doa kepada Allah dengan mengharap kemenangan seraya berkata, “Ya Allah apakah kami harus memutuskan tali kekerabatan dan menanggung akibat yang balum kami katahui secara pasti? Maka hancurkanlah dia pada pagi hari ini. Ya Allah, siapakah yang lebih Engkau cintai dan ridhoi di sisi-Mu, maka berilah ia kemenangan pada hari ini.”

Tentang perkataan Abu Jahal ini Allah berfirman,

” Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, Maka Telah datang Keputusan kepadamu; dan jika kamu berhenti. Maka Itulah yang lehih baik bagimu; dan jika kamu kembali niscaya kami kembali (pula), dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahayapun, biarpun dia banyak dan Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. (Al-Anfal: 19)

Pertempuran Pecah.

Yang pertama kali menyulut bara peperangan adalah seorang laki-laki yang kasar dan buruk akhlaknya yang keluar dari barisan pasukan quraisy yang bernama Al Aswad bin Abdul Asad Al Makhzumy. Lalu kaedatangannya disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Duel ini dimenangkan oleh Hamzah, Al Aswad mati setelah kakinya putus dibagian betis ditebas oleh pedang Hamzah.

Kemudian duelpun berlanjut. Ubaidah bin Al Harits dari pihak muslim dengan susah payah dan dibantu oleh Hamzah dan Ali berhasil membunuh Utbah bin Rabi’ah, walaupun kaki Ubaidah putus tertebas pedang yang akhirnya beliau syahid 4 hari setelah perang Badr selesai. Duel selanjutnya adalah antara Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Syaibah bin Rabi’ah dan Ali bin Abi Thalib berhadapan dengan Al Walid bin Utbah, duel ini dimenangkan oleh Hamzah dan Ali tanpa kesulitan.

Sebelum pertempuran terbuka secara umum tak henti-hentinya rasulullah berdoa kepada Allah, “Ya Allah penuhilah apa yang engkau janjikan kepadaku. Ya allah, sesungguhnya aku mengingat-Mu akan sumpah dan janji-Mu.”

Setelah duel ini pasukan Makkah mengambil inisiatif menyerang sedang pasukan Madinah tetap berdiri di temapat semula dengan sikap defensif. Namun cara ini cukup ampuh untuk menjatuhkan korban di kalangan kaum musyrik.

Tatkala pertempuran semakin berkobar dan mencapai puncaknya, baliau bersabda lagi. “Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini tentu engkau tidak akan disembah lagi. Ya allah, kecuali jika Engkau menghendaki untuk tidak disembah selamanya setelah hari ini.”

Lalu Allah mewahyukan kepada para malaikat,

(ingatlah), Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang Telah beriman”. kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.”(Al-Anfal: 12)

Lalu Allah mewahyukan kepada Rasulullah,

(ingatlah), Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut“. (Al-Anfal: 9)

Ketika malaikat mulai turun tiba-tiba Rasulullah diserang kantuk dalam sekejap saja. Kamudian baliau mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Jibril telah datang dengan menaiki kudanya.

Setelah itu beliau mengeluarkan perintah agar pasukan Islam mengambil inisiatif menyerang dan Rasulullah memompa samangat mereka dengan kalimat pamungkas beliau “Bangkitlah menuju jannah yang luasnya seluas langit dan bumi”. Maka semangat mereka semakin berkobar, terlebih ketika para shahabat melihat Rasulullah terjun ke kancah pertempuran sambil mengenakan baju besi dan berteriak dengan suara lantang membacakan ayat

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”.”(Al-Qamar: 45)

Pada saat itu pasukan musyrik kocar kacir, kepala orang musyrik yang terputus tanpa tahu siapa yang membabatnya, lalu terdengar suara lecutan cambuk di atasnya. Dan ini adalah bentuk bantuan dari para malaikat. Bahkan seorang iblis yang berbentuk Suraqah bin Malik lari dari kancah pertempuran karena melihat sekian banyak malaikat yang turun dari langit untuk membantu pasukan Islam.

Maka kekalahan telak diterima pasukan Makkah. Dan ketika pertempuran telah usai 70 orang quraisy tewas dan 70 orang tertawan yang kebanyakkan pemuka quraisy. 24 pemuka quraisy lalu dilemparkan oleh para shahabat kedalam sumur yang kotor dan bau sebagaimana perintah Rasulullah. Sedang orang-orang musyrik yang selamat melarikan diri ke makkah dengan kepala tertunduk dan tidak tahu bagaimana cara masuk ke makkah dikarenakan malu. Abu Sufyan juga termasuk yang selamat, lalu menceritakan kejadian badar kepada Abu Lahab, “Selagi kami berhadapan dengan golongan orang, justru kami menyerahkan pundak-pundak kami kepada mereka. Mereka menyerang dan menawan kami sekendak hatinya. Demi Allah, sekalipun bagitu aku tidak mencela siapapun. Kami harus berhadapan dengan orang-orang yang berpakaian putih sambil menunggang kuda yang perkasa berseliweran diantara langit dan bumi. Demi Allah, kuda-kuda itu tidak meninggalkan jejak sedikitpun dan tidak menginjak apapun.”

Sedang dari pasukan muslim, 6 muhajirin syahid dan 8 anshar syahid. Dan ini adalah kemenangan pertama dalam peperangan besar pertama Islam yang terjadi pada bulan ramadhan 2 H. perjalanan perang badar ini diabadikan Al Qur’an

Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu Kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (Al-Anfal:26)

Dinukil dari ” Ar-Rahikqul-Mahtum, Bahtsum Fis-Sirah An-Nabawiyah

0 comments:

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP